PENYAKIT HATI DAN OBATNYA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf yang diampu oleh Bapak Moch. Cholid Wardi, M.H.I
Oleh Kelompok 1:
1. Sitti Mahmudah
2. Tsa’diyah
3. Nuranita Hidayati
4. Faridatul Laili
5. Novita Tri Buana Dewi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH
JURUSAN
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN
2016
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum, Wr. Wb.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaahi rabbil‘aalamiin.
Puji syukur marilah
kita panjatkan kehadirat
Allah SWT. Semoga shalawat dan salam
semoga tetap
terlimpah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., keluarga, sahabat, tabiin, dan kita
semua sebagai umat yang taat dan turut terhadap ajaran yang telah dibawa beliau, sehingga makalah tentang “Penyakit Hati dan Obatnya” ini dapat terselesaikan.
Dengan
disusunnya makalah ini diharapkan kepada pembaca dapat memahami secara mendalam
tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit hati orang-orang berakhlak dan bertasawuf serta mengetahui solusi
atau obat untuk menyembuhkan penyakit hati tersebut. Sehingga dengan membaca isi dari makalah ini diharapkan
dapat menjadi bekal kebaikan dunia dan akhirat.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada
pembaca dan juga kepada Dosen mata kuliah, kami mengharapkan saran dan kritik
untuk penyusunan makalah yang selanjutnya akan ditugaskan.
Demikian, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Amiin. Yaa Rabbal‘aalamiin.
Wassalaamu’alaikum, Wr. Wb.
Pamekasan, 07
Oktober
2016
Kelompok 1
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 1
D. Manfaat Penulisan.................................................................................... 2
E.
Metode
Penulisan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit Hati.......................................................................... 3
B. Macam-Macam Penyakit Hati................................................................. 3
C. Obat-Obat Penyakit hati.......................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................... 14
B. Kritik dan Saran....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 15
LEMBAR KERJA................................................................................................. 16
DAFTAR NAMA DAN NILAI KELOMPOK 1.................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Manusia
adalah makhluk ciptaan Allah SWT. yang
memiliki dua dimensi, dimensi lahiriyah dan dimensi rohaniyah. Manusia
diberi kekuatan dan kesempatan untuk mengendalikan dimensi tersebut. Proses
inilah yang menjadi sakral dalam tatanan kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan
dari pengendalian dimensi ini, manusia akan terbentuk menjadi manusia sehat
atau manusia sakit. Sehat atau sakitnya manusia lebih cenderung ditujukan pada
persoalan batin (hati).
Hati adalah
bagian yang sangat penting daripada manusia. Jika hati
kita baik, maka baik pula seluruh amal kita. Nabi Muhammad SAW. bersabda:
” أَلا وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا
صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا
وَهيَ القَلْبُ.“ رواه البخاري ومسلم.
Artinya: “Ketahuilah,
sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu
baik, maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk,
maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu
adalah hati manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)[1]
Oleh karena itu penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik
karena bisa mengakibatkan kesengsaraan di neraka yang abadi.
B. Rumusan Masalah
a.
Apa pengertian
penyakit hati?
b.
Apa saja
macam-macam penyakit hati?
c.
Bagaimana cara
mengobati penyakit hati?
C. Tujuan
a.
Untuk
mengetahui pengertian penyakit hati;
b.
Untuk
mengetahui macam-macam penyakit hati;
c.
Untuk mengetahui
obat-obat penyakit hati.
D. Manfaat
Penulisan
a. Untuk
menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Akhlak Tasawuf;
b. Sebagai
baahan ajar bagi pembaca;
c. Sebagai
bahan refrensi.
E. Metode
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode pustaka dan metode
googling, dimana kami mencari hadits atau dalil al-Qur’an sebagai dasar pada
isi makalah ini dengan bantuan internet dan referensi beberapa buku tentang penyakit
hati dan obat-obatnya yang kami miliki dan yang ada di perpustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penyakit Hati
Penyakit hati adalah perasaan tidak enak yang muncul di dalam diri manusia sehingga menyebabkan
hatinya menjadi terasa tidak tenang, gelisah, dan waswas. Perasaan tidak enak
itu mirip seperti sebuah
virus yang sering menyerang komputer. Ia muncul karena adanya sesuatu yang
tidak beres di dalam hati dan pikiran manusia.[2] Allah SWT
berfirman:
كَانُوا
بِمَا اللَّهُ مَرَضًا, وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فَزَادَهُمُ مَرَضٌ قُلُوبِهِمْ فِي
.يَكْذِبُونَ
Artinya:
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu di tambah Allah penyakitnya; dan bagi
mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta” (Q.S. Al-Baqarah:10)[3]
لِيَجْعَلَ
مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم
.وَإِنَّ
الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ
Artinya:
“Agar dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu sebagai cobaan bagi
orang-orang yang didalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya, dan sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat jauh.” (Q.S. Al-Hajj:53)[4]
B. Macam-Macam
Penyakit Hati
Macam-macam
penyakit hati dalam akhlak tasawuf adalah sebagai berikut:
1.
‘Ananiyah
‘Ananiyah berasal dari kata ana
artinya aku, ‘ananiyah berarti
keakuan. Sifat ‘ananiyah ini biasa
disebut egoistis yaitu sikap hidup yang terlalu mementingkan diri sendiri
bahkan jika perlu dengan mengorbankan kepentingan orang lain.[5]
Allah SWT. berfirman:
فَخُورًا مُخْتَالًا كَانَ مَنْ يُحِبُّ لَا اللَّهَ إِنَّ
Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT. tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (Q.S. An-Nisa’: 36)[6]
Contohnya, pada saat musyawarah untuk pemilihan OSIS di sekolah, kamu
mengajukan usul atau saran yang kamu miliki. Akan tetapi bukan berarti usul
tersebut harus diterima oleh semua peserta musyawarah. Karena untuk mencapai
mufakat keputusan akhir harus berdasarkan kepentingan bersama.
2.
Ghadab
Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang
mengganggu aktivitas untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian, ketegangan yang
terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda,
bahkan bertambah untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan itu, individu yang
bersangkutan menjadi marah, karena tujuannya tidak tercapai.[7]
Hadits tentang larangan marah:
أَوْصِنِيْ ،:عَنْ أَبِيْ
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ . (( لَا تَغْضَبْ )): ؛ قَالَ ارً دَّدَ مِرَرَاف . لَا تَغْضَبْ: قَالَ
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra berkata bahwasanya seorang laki-laki berkata
kepada Nabi Muhammad SAW.: ‘Berilah aku wasiat.’ Nabi Muhammad SAW. bersabda:
‘Janganlah engkau marah’, beliau mengulanginya beberapa kali dan bersabda:
“Janganlah engkau marah.” (Diriwayatkan oleh Bukhari)[8]
Islam mengajarkan kita untuk
memilih sifat pemaaf terhadap sesama. Seperti memaafkan perilaku teman yang
pernah menghina kita baik yang disengaja ataupun tidak disengaja. Sikap mudah
pemberi maaf kepada orang lain memang bukan mudah untuk dilakukan. Sikap ini
hanya dimiliki oleh orang yang bertakwa kepada Allah SWT.
3.
Riya’
Kata riya’ diambil dari kata dasar
ar-ru’yah yang artinya memancing
perhatian orang lain agar dinilai sebagai orang baik. Riya’ merupakan salah
satu sifat tercela yang harus dibuang jauh-jauh dalam jiwa kaum muslim karena
riya’menggugurkan amal ibadah. Riya’ adalah memperlihatkan diri kepada orang
lain. Maksudnya beramal bukan karena Allah SWT., tetapi karena manusia.[9]
Menurut Ahlul Kasyaf, sikap riya' itu merupakan
sikap yang mengantarkan seseorang kepada ketidak-ikhlasan. Padahal,
Allah SWT.
sudah memberikan batasan, bahwa setiap hamba hanya boleh melakukan sesuatu semata-mata untuk menjaga kesan tentang dirinya di hadapan Allah SWT. Karena sebagai hamba Allah SWT sudah sepatutnya berusaha memberi kesan yang baik.[10]
Sifat riya’ dapat muncul dalam
beberapa bentuk kegiatan, di antaranya[11]:
a.
Riya’ dalam
beribadah
Orang riya’ biasanya memperlihatkan
kekhusyukan apabila dia berada di tengah-tengah jamaah atau karena orang lain
yang melihatnya.
b.
Riya’ dalam
berbagai kegiatan
Orang yang riya’ biasanya rajin dan tekun bekerja
selama ada orang yang melihat. Dia bekerja seolah-olah penuh semangat, padahal
dalam hati kecilnya tidak demikian. Ia rajin bekerja apabila ada pujian, tetapi
apabila tidak ada lagi yang memuji, semangatnya menurun.
c.
Riya’ dalam
berderma atau bersedekah
Apabila
mendermakan hartanya kepada orang lain, orang riya’ bermaksud bukan karena ingin menolong dengan ikhlas, tetapi
ia berderma supaya dikatakan sebagai dermawan dan pemurah.
d.
Riya’ dalam
berpakaian
Orang yang riya’ biasanya memakai pakaian yang
bagus, perhiasan yang serba mahal dan dan beragam dengan harapan agar dia
disebut orang kaya.
Allah SWT. berfirman:
يُرَاءُونَ هُمْ الَّذِينَ (٥)سَاهُونَ صَلاتِهِمْ عَنْ هُمْ الَّذِينَ
(٤)لِلْمُصَلِّينَ فَوَيْلٌ (٦)
Artinya: “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang
shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat
karena riya’.” (Q.S. Al-Ma’un: 4-6)[12]
4.
Dengki
Dalam bahasa Arab dengki disebut hasad, yaitu perasaan yang timbul dalam
diri seseorang setelah memandang sesuatu yang tidak dimiliki olehnya, tetapi
dimiliki oleh orang lain, kemudian dia menyebarkan berita bahwa yang dimiliki
orang tersebut diperoleh dengan tidak sewajarnya.[13]
Menurut Imam Al-Ghazali, dengki
adalah membenci kenikmatan yang diberikan Allah SWT. kepada orang lain dan
ingin agar orang tersebut kehilangan kenikmatan itu.[14]
Hasad merupakan
penyakit jiwa yang berbahaya dan berpengaruh terhadap hubungan sosial manusia.
Seorang yang memiliki jiwa hasad tidak akan merasa tenang sebelum
dapat membalas dan menghancurkan orang yang di hasad-nya,
bahkan dia dapat menghilangkan nikmat yang menjadi penyebab hasad.
Oleh karena itu, hasad
akan menimbulkan perbuatan yang merusak masyarakat, akan menimbulkan
kehancuran, dan perpecahan. Hasad tidak terjadi
kecuali karena suatu nikmat yang diberikan Allah SWT. kepada seseorang. Barang siapa yang membenci nikmat dan
menginginkan hilangnya nikmat dari saudaranya yang muslim, maka orang itu
termasuk yang hasad. Oleh karena
itu definisi hasad adalah membenci
nikmat yang diberikan Allah SWT.
kepada orang lain dan menginginkan hilangnya nikmat itu. Hasad
termasuk sifat orang-orang kafir, munafik, dan lemah imannya, sifat orang yang
tidak mau terima terhadap saudaranya seagama yang telah mendapat nikmat dari Allah SWT.[15]
Contohnya jika temanmu mempunyai “Gadget”.
Kamu juga ingin mempunyai gadget yang dimiliki temanmu itu. Padahal
kenyataannya kamu tidak punya. Karena kamu tidak senang dengan apa yang
dimiliki temanmu itu, kamu ingin gadget itu hilang atau rusak. Atau kamu
sendiri yang merusaknya.
a. Karena
kejahilan terhadap bahaya yang ditimbulkannya, atau dalam kata lain tidak
mengerti ilmu Syar’i , sehingga dengan keenakannya tanpa merasa berdosa ia mau
melakukan hal tersebut.
b. Disebabkan
hasad atau dengki yang akan
menyebabkan seseorang mencari jalan untuk menyebarkan fitnah.
c. Hati yang kotor jauh dari bimbingan syariat, sehingga tidak tampak baginya
kebenaran. Ia merasa puas kalu sekiranya orang lain saling bermusuhan dan saling membenci. Oleh karena itu,
bagi orang yang kotor dan sakit hatinya maka hasad merupakan suatu jalan baginya
untuk mengotori hatinya.
d. Karena
berteman dengan orang-orang yang suka berbuat hasad,
sehingga menyebabkan dia terdorong dan terpancing untuk melakukan hasad tersebut.
5.
Ghibah
Al-Ghazali menjelaskan bahwa ghibah
adalah menuturkan sesuatu yang berkaitan dengan orang lain yang apabila
penuturan itu sampai pada yang bersangkutan, ia tidak menyukainya.[17]
An-Nawawi menjelaskan bahwa ghibah adalah
menuturkan keburukan orang lain, baik yang dibicarakannya itu ada pada badannya,
agamanya, dunianya, dirinya, kejadiannya, akhlaknya, hartanya, anaknya, orang
tuanya, istri atau suaminya, pembantu rumah tanggganya, pakaiannya, gaya
berjalannya, gerakannya, senyumnya, cemberutnya, air mukanya, atau yang
lainnya. Tetap disebut ghibah baik
dengan lisan maupun tulisan, atau yang berbentuk rumus, isyarat dengan mata,
tangan, kepala, atau yang lain.[18]
Al-Qahthani menuturkan beberapa sebab kemunculan perbuatan ghibah[19]:
1.
Melampiaskan
kebencian;
2.
Dengki kepada
seseorang;
3.
Keinginan meninggikan
status sendiri dan merendahkan status orang lain;
4.
Bergaul dengan
orang-orang tidak baik;
5.
Bangga menjadi
ahli maksiat; dan
6.
Menganggap
remeh orang lain.
6.
Kufur
Kufur secara bahasa berarti menutupi. Kufur
adalah kata sifat dari kafir. Jadi,
kafir adalah orangnya, sedangkan kufur adalah sifatnya. Menurut syara’, kufur adalah tidak beriman kepada Allah
SWT. dan rasul-Nya, baik dengan mendustakan atau tidak mendustakan.[20]
Kufur adalah keadaan tidak percaya
atau tidak beriman kepada Allah SWT. Dengan demikian orang kafir adalah orang
yang tidak percaya atau tidak beriman kepada Allah SWT., baik orang tersebut
bertuhan selain Allah SWT. maupun tidak bertuhan, seperti apabila komunis
(ateis).[21]
7.
Syirik
Syirik berasal dari akar kata syaraka-yasyraku-syirkan-fahuwa syaarikun, kemudian
mendapatkan awalan alif menjadi asyraka-yusyriku-isyrakan-fahuwa
musyrikun, artinya mencampurkan atau menyekutukan, campur aduk, tidak
karuan, bersyarikat, dan lain-lain. Dengan kata lain, syirik merupakan
lawan kata ikhlash,yang artinya murni, bersih tidak tercampur dengan
sesuatu. Pelakunya disebut mukhlish.[22]
Definisi umum adalah menyamakan sesuatu dengan Allah SWT. Dalm hal-hal yang
secara khusus dimiliki Allah SWT.[23]
Syirik ada dua macam, yaitu syirik akbar (syirik besar) dan syirik
ashgar (syirik kecil). Syirik akbar adalah menjadikan sekutu
selain Allah SWT. lalu menyembahnya. Syirik ashgar adalah setiap
perbuatan yang menjadi perantara menuju syirik akbar, atau perbuatan
yang dicap syirik oleh nash, tetapi tidak sampai mencapai derajat
syirik akbar.[24]
8.
Nifak atau Munafik
Nifak adalah nama sifat dari perilaku manusia, sedangkan munafik adalah
oarang yang mempunyai sifat munafik.
Menurut Abu Ahmadi (1991:
42-48), nifak atu munafik adalah lawan kata “terus terang” atau
“terang-terangan”. Dengan kata lain, nifak berarti menampakkan sesuatu yang
bertentangan dengan apa yang terkandung di dalam hati.[25]
Ciri-ciri khusus dari orang munafik telah dijelaskan oleh Allah SWT.
sebagai kaum yang suka menimbulkan kerusakan, gemar melakukan kejahatan, dan
suka membuat malapetaka.[26]
Kaum munafik adalah sumber segala bahaya yang sering mengancam berbagai
bangsa di kawasan negara. Penyebab utamanya adalah mereka berpura-pura bersikap
baik terhadap musuh, tetapi di dalam hatinya mereka sedang mencari kelemahan
lawan. Tujuannya adalah mencari keuntungan bagi mereka sendiri, walaupun
kelakuan itu harus mengorbankan bangsanya.[27]
C. Obat-Obat
Penyakit Hati
Hati
yang bersih (syarat
dengan iman yang benar dan mendorong tumbuh suburnya amal shaleh) merupakan
salah satu syarat masuk surga.
Menurut Nabi Muhammad SAW.:
“Orang-orang
terhormat umatku tidaklah masuk surga disebabkan banyaknya ibadah shalat atau
puasa, tetapi mereka masuk surga justru sebab dengan hati yang salim (sehat),
kedermawanan jiwa, dank arena kasih sayang kepada segenap kaum muslimin.” (Al-Hadits).[28]
Syarat
pertama dan utama masuk surga,
menurut hadis tersebut, bukanlah ibadah shalat atau puasa yang banyak, tetapi
justru di samping hal tersebut ialah keadaan hati yang bersih, yang tidak
dikotori oleh berbagai penyakit hati yang biasa membebani. Maka benarlahorang
berkata: “Jagalah hati, jangan kau kotori; jagalah hati cahaya Ilahi,” dalam
arti bahwa hati yang kita miliki harus dijaga dari berbagai yang sangat
merugikan, dan wajib dijaga dengan sebaik-baiknya agar cahaya Ilahi ditempatkan
di sana, yakni iman. Iman yang akan membawa kita memperoleh rahmat dan
ridha-Nya wajib kita jaga dan suburkan.[29]
1.
Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah
obat bagi segala penyakit baik itu rohani ataupun jasmani. Untuk mengobati
penyakit hati dalam akhlak tasawuf, bisa dengan membaca atau mendengarkan
ayat-ayat suci al-Qur’an. Al-Qur’an sendiri juga menjelaskan di dalamnya bahwa al-Qur’an
itu berfungsi sebagai obat dan rahmat dari Allah Swt. Berikut adalah firman
Allah SWT. yang berkaitan dengan obat atau penawar:
إِلاَّخَسَارًا الظَّالِمِيْنَ يَزِيْدُ وَلاَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ شِفَاءٌوَرَحْمَةٌ هُوَ مَا الْقُرْآنِ مِنَ وَنُنَزِّلُ
Artinya:
“Dan Kami
turunkan dari al Quran suatu yang menjadi obat (penawar) dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian.” (Q.S. Al-Isra’: 82)[30]
2.
Shalat
Shalat adalah amal yang pertama kali diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT. kelak.
Dengan shalat hati kita akan terasa tenang dan tenteram. Dengan demikian,
penyakit-penyakit yang ada di hati kita secara tidak langsung akan terhapuskan
walaupun sedikit demi sedikit.
3.
Membersihkan hati dengan dzikrullah
Hati yang senantiasa melakukan dzikrullah laksana sebidang tanah
pertanian yang selalu disirami air bersih dan diberi pupuk kandang/urea, tentu
akan menjadi kawasan yang subur dan menghasilkan tanaman yang indah dan bersih.
Hati diberi konsumsi dzikrullah akan
menjelma bagaikan sebuah botol kristal yang putih bersih karena selalu digosok
oleh alat penggosok yang diperuntukkan untuk itu. Selam alat penggosok itu
digunakan untuk menggosok bagian dalam, hasilnya botol kristal pasti bersih dan
berkilau.[31]
Banyak
berdzikir kepada Allah SWT. membuat seseorang bersih dari sifat munafik. Karena
orang-orang munafik sedikit berdzikir kepada-Nya. Allah SWT. berfirman tentang
orang-orang munafik, “Dan tidaklah mereka menyebut Allah SWT kecuali sedikit
sekali.” (Q.S. An-Nisaa’: 142). Ka’ab ra. berkata,” siapa yang banyak berdzikir
kepada Allah SWT., niscaya akan terbebas dari sifat munafik.” Oleh karena itu,
Allah SWT. menutup surah Al-Munafiqin dengan firman-Nya, “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat
Allah SWT. Barang siapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang
yang rugi.” (Q.S. Al-Munafiqin: 9) Dalam ayat tersebut terdapat peringatan
tentang fitnah orang-orang munafik yang lalai dari berdzikir kepada Allah SWT. sehingga
mereka jatuh dalam kemunafikan. Seorang sahabat ditanya tentang Khawarij,
apakah mereka orang munafik? Ia menjawab, bukan, karena orang-orang munafik
sedikit sekali berdzikir kepada Allah SWT. (sedang mereka banayak berdzikir).”
Ini adalah tanda kemunafikan, sedikit berdzikir kepada Allah SWT., sedangkan
banyak berdzikir kepada Allah SWT. akan membersihkan seseorang dari sifat
kemunafikan. Allah SWT. tidak akan menetapkan kemunafikan kepada hati yang
sering berdzikir kepada-Nya. Karena kemunafikan itu hanyalah bagi hati yang
lalai dari berdzikir kepada Allah SWT.[32]
4. Doa
Doa adalah
salah satu obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan penyakit hati. Ia adalah
musuh bencana. Ia bisa menghadang bencana dan menanggulanginya. Ia sanggup
mencegah turunnya bencana, memecahkannya atau meringankannya ketika bencana
sudah turun. Ia adalah senjata kaum mukmin. Sebuah hadits riwayat ‘Ali bin Abi
Thalib disebutkan dalam kitab Shahih
karya Al-Hakim bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Doa adalah senjata kaum mukmin,
tiang agama, dan cahaya langit dan bumi.”[33]
5. Wudhu
Wudhu juga bisa dijadikan obat untuk penyakit hati. Penyakit
hati di antaranya yaitu marah. Jika kita dalam keadaan marah, kemudian kita
berwudhu hati kita akan terasa lebih tenang. Adanya kesadaran akan melahirkan
ketersambungan hati dengan Allah SWT. Saat berkumur-kumur misalnya, sadari dan
niatkan bahwa air yang masuk ke mulut bukan sekadar membersihkan kotoran lahir,
tapi juga dosa-dosa yang pernah terucap lewat lisan. Demikian pula saat mencuci
telapak tangan, membersihkan lubang hidung, membasuh muka, membasuh tangan
sampai siku, dan sebagainya. Niatkan sebagai sarana pembersihan dosa yang ada
pada bagian-bagian tubuh tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyakit hati adalah perasaan tidak enak yang muncul di dalam diri
manusia sehingga menyebabkan hatinya menjadi terasa tidak tenang, gelisah, dan
waswas. Penyakit hati di antaranya seperti, ‘ananiyah,
ghadab, riya’, dengki, ghibah,
dan yang lainnya. Penyakit hati tersebut dapat diobati dengan membaca atau
mendengarkan ayat-ayat suci al-Qur’an, slalat, berdzikir kepada Allah SWT.,
berdo’a, dan berwudhu. Dengan melakukan hal-hal tersebut hati kita akan terasa
tenang dan terteram bahkan akan bersih dari penyakit hati.
B.
Kritik dan Saran
Menurut saya, dewasa ini manusia
khususnya orang Islam sendiri sudah lupa akan nikmat yang telah Allah SWT.
limpahkan kepada kita, sehingga kita jarang bahkan lupa untuk selalu bersyukur
kepada-Nya. Baik bersyukur melalui ibadah shalat, membaca al-Qur’an, dan
berdzikir kepada Allah SWT. Sehingga penyakit-penyakit hati yang muncul karena
nafsu yang dimiliki oleh manusia itu sendiri akan mudah masuk, sebab hatinya
telah jarang menyebut asma Allah SWT.
Maka dari itu, tingkatkanlah ibadah kita kepada Allah SWT. agar terjauhi
dari penyakit-penyakit hati yang akan merugikan kita dan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hajjamy, Abu
Abdirrahman. “Segumpal Daging itu adalah
Penyakit Hati”, Alamiyah’s Blog. https://alamiyah.wordpress.com/2014/05/27/segumpal-daging-itu-adalah-hati-ust-abu-abdirrahman-al-hajjamy-ma/.
Al-Jauziyah, Ibnul
Qayyim. Zikir Cahaya Kehidupan.
Jakarta: Gema Insani, 2002.
Al-Jauziyah, Ibnul
Qayyim. Pengobatan Komprehensif Penyakit
Hati . Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2006.
Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf . Bandung: Pustaka Setia,
2010.
Barozi, Ahmad
dan Abu Azka Fathin Mazayasyah. Penyakit
Hati dan Penyembuhannya. Yogyakarta:
Darul Hikmah, 2008.
Hadi, Yunus. “Pengertian Ananiyah, Ghadab,
Hasad, ghibah, dan Namimah”, Blognya Yunus Hadi. yunushadi.blogspot.co.id/2014/09/a.html?m=1.
Hamidy,
Zainuddin
dan Fachruddin Hs. Tafsir
Qur’an. Jakarta: Fa. Wijaya, 1979.
Munir, Sirojudin. Terjemah Hadits Arba’in An-Nawawiyah. Semarang:
Pustaka Nuun, 2012.
Nawawi, Rif’at Syauqi. Kepribadian Qur’ani. Jakarta: Amzah, 2014.
Jakarta: Prenada Media Group, 2004.
Rahman, Taufik. Tauhid Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka
Setia, 2013.
Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi
Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam.
Solichin, Muhammad
Muchlis.
Pendidikan Akhlak
Tasawuf. Yogyakarta: SUKA-press UIN Sunan Kali Jaga, 2012.
Toriqqudin,
Moh.
Sekularitas Tasawuf
Membumikan Tasawuf dalam
Dunia Modern. Malang: UIN-Malang press, 2008.
LEMBAR KERJA
1.
Apa
perbedaan antara penyakit hati dalam ilmu Akhlak Tasawuf dan penyakit hati
dalam ilmu psikologi?
2.
Bagaimana
menurut Anda agar terhindar dari sifat ‘ananiyah?
3.
Apakah
defini dzikrullah menurut Anda?
4.
Bagaimana
shalat bisa menenangkan hati kita?
5.
Bagaimana
caranya agar hati kita senantiasa terarah pada kebaikan?
6.
Al-Qur’an
bisa menyembuhkan penyakit jasmani. Berikan contoh dan sebutkan doanya!
7.
Apakah
ada sisi positif dari orang yang mempunyai penyakit hati? Jika ada coba
jelaskan!
DAFTAR NAMA DAN NILAI KELOMPOK 1
No.
|
Nama
|
Nilai
Makalah
|
Nilai
Kelompok
|
Nilai
Pribadi
|
1.
|
Sitti Mahmudah
|
|||
2.
|
Tsa’diyah
|
|||
3.
|
Nuranita Hidayati
|
|||
4.
|
Faridatul Laili
|
|||
5.
|
Novita Tri Buana Dewi
|
[1] Abu
Abdirrahman Al-Hajjamy, “Segumpal Daging
itu adalah Penyakit Hati”, Alamiyah’s
Blog diakses dari https://alamiyah.wordpress.com/2014/05/27/segumpal-daging-itu-adalah-hati-ust-abu-abdirrahman-al-hajjamy-ma/, pada
tanggal 19 Oktober 2016 pukul 23.00
[2] Ahmad Barozi dan Abu Azka Fathin
Mazayasyah, Penyakit Hati dan Penyembuhannya (Yogyakarta: Darul Hikmah,
2008), hlm. 19.
[5]
Yunus Hadi, “Pengertian Ananiyah, Ghadab, Hasad, ghibah, dan Namimah”,
Blognya Yunus Hadi, diakses dari yunushadi.blogspot.co.id/2014/09/a.html?m=1,
pada tanggal 20 Oktober 2016 pukul 11.10
[6] Hamidy, Tafsir Qur’an, hlm. 117.
[7] Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta: Prenada media group, 2004), hlm. 176.
[8]
Sirojudin Munir, Terjemah Hadits Arba’in
An-Nawawiyah (Semarang: Pustaka Nuun, 2012), hlm. 18.
[13]
Anwar, Akhlak Tasawuf, hlm. 132.
[15] Moh. Toriqqudin, Sekularitas Tasawuf Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern (Malang: UIN-Malang press, 2008), hlm. 92-93.
[16] Muhammad Muchlis Solichin, Pendidikan Akhlak Tasawuf (Yogyakarta: SUKA-press UIN Sunan Kali Jaga, 2012), hlm. 109.
[25]
Rahman, Tauhid Ilmu Kalam, hlm. 40.
[27]
Ibid.
[31]
Nawawi, Kepribadian Qur’ani, hlm.
212.
[32]Ibnul
Qayyim Al-Jauziyah, Zikir Cahaya
Kehidupan (Jakarta: Gema Insani, 2002),
hlm. 144-146.
[33]Ibnul
Qayyim Al-Jauziyah, Pengobatan
Komprehensif Penyakit Hati (Yogyakarta, Mitra Pustaka, 2006), hlm. 12.
No comments:
Post a Comment